Pada bulan Agustus dan September lalu kita boleh berbangga hati karena Indonesia berhasil mencatatkan prestasi gemilang di event Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang. Bukan hanya karena akhirnya kita memecahkan rekor peringkat ke-4 sebagai peringkat yang pernah bangsa ini capai, namun juga kesuksesan penyelenggaraan event dan yang paling membekas adalah pertunjukan kebudayaan pada opening ceremony yang mengundang banyak decak kagum masyarakat Indonesia, bahkan dunia.
Namun, ada sebuah sisi unik yang patut untuk diperhatikan dari event yang digelar 4 tahun sekali ini. Jika kita perhatikan secara seksama, kita bisa melihat Indonesia tampil begitu mencolok. Apakah karena kostumnya? Tentu bukan. Jika dibandingkan dengan kontingen dari negara lain, maka kita bisa melihat wajah-wajah atlet dari kontingen Indonesia begitu beragam. Kita bisa melihat berbagai jenis etnis, suku, warna kulit, bahasa, dan karakter bercampur dalam sebuah barisan atlet yang mewakili bendera merah putih. Coba kita bandingkan dengan negara lain yang atletnya rata-rata memiliki kemiripan satu sama lain seperti China, Arab, India, dan Singapura.
Indonesia memang merupakan sebuah negara yang unik. Negara yang memiliki keanekaragaman di dalamnya. Negara yang memiliki beragam suku, ras, bahasa, agama, dan kebudayaan. Semua itu diikat dalam satu semboyan bhinneka tunggal ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu. Perbedaan ini yang sejujurnya menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia dalam bersosialisasi karena begitu banyak karakter yang tercampur di dalamnya. Kita mungkin sudah sama-sama terbiasa melihat orang Medan yang sedang menonton sepakbola di warung kopi bersama orang Ambon, atau orang Manado yang sedang makan bersama dengan orang Bali. Secara sepintas saja kita sudah melihat adanya perbedaan baik fisik maupun karakter, namun semuanya berjalan baik dalam kehidupan bermasyarakat kita.
Secara mendasar, kita dapat menyebut Indonesia sebagai negara dengan masyarakat inklusif. Pengertian inklusif digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk membangun sebuah lingkungan yang terbuka dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya, dan lainnya.
Prinsip-prinsip mengenai inklusifitas sesungguhnya telah ada dalam masyarakat kita. Nilai-nilai bhinneka tunggal ika, gotong royong, tenggang rasa, serta toleransi yang diajarkan oleh leluhur bangsa kita sesungguhnya dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang membawa kita kepada pemahaman akan masyarakat inklusif. Fakta bahwa Indonesia merupakan sebuah negara besar yang multibudaya, multi agama serta multi keberagaman merupakan sebuah media yang sempurna untuk tumbuh dan berkembangnya inklusifitas. Dengan demikian, tidak bisa dikatakan bahwa budaya inklusif merupakan sebuah nilai baru yang harus dipaksakan untuk masuk dan diadopsi oleh masyarakat kita. Namun sebaliknya, justru merupakan nilai-nilai yang telah lama tertanam dalam tatanan bermasyarakat bangsa Indonesia.
Indonesia itu beragam, Indonesia itu inklusif.
Comments are closed.